Halaman

Translate

Cari

Bila Anak Malas Makan


Saya ingin sharing beberapa kasus yang sering saya jumpai di puskesmas terkait anak malas makan...

D : Dokter
P : Pasien



KASUS I

P : Dok minta vitamin dong... anak saya malas sekali makan.
D : Kalau makan jajanan di luar bagaimana bu?
P : Kalau jajan kuat dok... tapi yang dia suka makan cuma kerupuk-kerupuk, permen, cokelat...
P : Artinya anaknya gak malas makan bu... cuma apa yang ibu sajikan di rumah mungkin tidak sesuai dengan seleranya.

Perlu dipahami bahwa memberi vitamin bukan solusi bila anak malas makan. Kalau anak gak suka dengan makanannya, meskipun dicekokin vitamin berbotol-botol pasti dia tetap tidak mau makan. Coba deh sandarkan pada diri sendiri. Misalnya, saya tidak suka makan pete, trus dipaksa makan pete. Apakah solusinya saya harus minum vitamin dulu biar mau makan pete?

Untuk menyiasatinya, cobalah sajikan menu buat anak di rumah dengan menarik dan variatif. Jangan tiap hari menunya itu lagi itu lagi, karena anak akan merasa bosan. Tampilan makanan yang unik dan beragam disertai aroma yang menggoda (misalnya disajikan selagi hangat) akan dapat merangsang rasa penasaran anak untuk mencoba.

==========

KASUS II

P : Dok anak saya malas sekali makan...
D : Kalau minum susu?
P : Minum susunya kuat banget dok... tiap 3 jam minta susu lagi.
D : Bagaimana anaknya mau makan bu... kan sudah terlanjur kenyang minum susu.

Ketika anak sudah berumur 1 tahun atau lebih, susu - baik ASI maupun susu formula - sudah bukan menjadi kebutuhan pokok lagi. Kebutuhan zat gizi anak sudah harus diperoleh dari makanan yang mengandung karbohidrat, protein, sayur dan buah-buahan dalam porsi yang seimbang. Susu hanya sebagai pelengkap saja, dengan takaran tidak lebih dari 500 ml (setara dengan 2 gelas) dalam sehari untuk memenuhi kebutuhan kalsium, lemak dan vitamin D anak.

Konsumsi susu formula terlalu banyak dapat menyebabkan berlebihnya asupan lemak pada anak. Selain itu, kelebihan susu akan menyebabkan anak menjadi kenyang namun mengurangi penyerapan zat gizi di usus sehingga beresiko mengakibatkan anak mengalami anemia karena kekurangan (defisiensi) zat besi.

=======

KASUS III

P : Dok anak saya kalau makan paling cuma satu dua sendok saja. Sudah itu makanannya dilepeh (dikeluarkan) lagi. Meski dipaksa tetap tidak mau makan.
D : Sudah coba variasi menu bu? Siapatau anaknya gak suka dengan makanannya.
P : Sudah dok... saya masak tiap hari beda-beda menu. Biasa saya belikan ayam K*C, atau makan di luar, tetap saja makannya sedikit sekali.
D : Kalau memang ibu sudah berusaha tapi anak tetap makannya sedikit, frekuensi pemberian makanannya yang harus ditambah. Walau sedikit tapi sering. Meskipun cuma satu atau dua sendok, kalau diberikan setiap 3 atau 4 jam, akan banyak juga kan... selain nasi, ibu juga bisa memberi cemilan tambahan seperti biskuit, roti atau kue-kue sesuai selera anak.

Memberi anak satu piring penuh makanan bisa menurunkan nafsu makan. Anak bisa merasa sudah kenyang meskipun belum memakannya. Sebaiknya siasati dengan memberikan makanan porsi kecil yang diberikan beberapa kali.

Ciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan pada saat anak makan. Jangan memaksa, mengancam, memarahi apalagi sampai memberi hukuman fisik (misalnya mencubit) bila anak tidak mau makan. Karena tindakan tersebut justru akan membuat anak semakin trauma ketika melihat makanan dan akhirnya menjadi semakin malas makan.

=====

KASUS IV

P : Dok anak saya susah banget makan.
D : Suka jajan tidak?
P : Nggak dok.
D : Bagaimana minum susunya?
P : Malas juga dok... paling kalau mau tidur, itupun biasa gak habis.
D : Sudah variasi makanan?
P : Sudah dok... makannya tetap sedikit saja.
D : Dikasihnya sedikit tapi sering-sering bu...
P : Biasanya dikasi sekali mau makan dok, berikutnya sudah tidak mau lagi.
D : Anaknya lincah gak?
P : Anaknya lincah dok, aktif sekali malah.
D : Kalau begitu, ibu gak usah cemas. Makannya yg sedikit itu sudah memenuhi kebutuhan energinya. Kalau anaknya lapar pasti lemas dong, gak bisa lincah lari kesana kemari.

Kenyataan di lapangan, banyak anak yg tetap aktif bermain meskipun hanya makan sedikit. Bila anak termasuk tipe irit makan seperti ini, bunda harus betul-betul memperhatikan kandungan gizi dalam makanan yang disajikan agar anak terhindar dari defisiensi zat gizi tertentu.

Kebutuhan kalori anak perhari berbeda-beda sesuai dengan usia, jenis kelamin dan aktivitas fisiknya. Kalori adalah sumber energi yang diperoleh dari makanan yang dibutuhkan tubuh untuk berkativitas.

Ketika anak semakin besar, kebutuhan kalorinyapun makin meningkat, anak mulai bisa merasakan lapar ketika asupan makanan yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan aktivitasnya yang semakin bertambah. Perlahan anak akan meningkatkan jumlah makanan sesuai dengan kebutuhannya.

***

Jadiiii... apakah anak ayah bunda termasuk dalam salah satu contoh kasus di atas?

Bicara tentang nafsu makan anak memang akan memancing banyak cerita seru. Memiliki anak dengan selera makan yang baik adalah suatu anugerah. Sedangkan punya anak yang malas makan merupakan suatu tantangan. Bunda harus dituntut lebih rajin masak, lebih kreatif memvariasikan makanan dan lebih sabar bila makanan tetap ditolak anak padahal bunda sudah bersusah payah memasak sambil buka resep dari chef gugel demi menyajikan makanan unik nan lezat untuk sang buah hati.

Yang terpenting adalah ayah bunda memantau tumbuh kembang anak. Bila gangguan nafsu makan berlarut-larut hingga terjadi penurunan berat badan drastis dan anak terlihat semakin lemah, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter Anda. Beberapa jenis penyakit bisa mengakibatkan nafsu makan anak berkurang.

Selamat berjuang mengatasi tantangan ini yah bun... Semoga sharing pengalaman ini bisa sedikit memberi pencerahan dalam menangani gangguan nafsu makan pada anak πŸ’–



Salam sehat
dr. Fatimah Radhi, M.Kes
Puskesmas Tamamaung Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar